Sejak zaman renaisanse
hingga saat ini, perkembangan ilmu-ilmu rasional ( aqliyyah ) dalam
semua bidang kajian sangat pesat dan hampir seluruhnya dipelopori oleh
ahli sains dan cendikiawan barat. Sudah tentu jika ilmu yang
dikembangkan ini dibentuk oleh pemikiran falsafah barat, yang
dituangkan dalam pemikiran yang paling berpengaruh yaitu sekulerisme,
utilitarianisme dan materialisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep,
penafsiran dan makna ilmu itu sendiri. Sekulerisasi yang melibatkan
tiga komponen terpadu, " penolakan unsur-unsur transenden dalam alam
semesta, memisahkan agama dari poliltik dan nilai yang tidak mutlak
atau relatif," itu tercantum dalam bukunya Harvey Cox yang berjudul The
Secular City yang terbit pada tahun 1965. Ini bukan saja hanya
bertentangan dengan fitrah manusia yang merupakan pandangan hidup (
worldview) Islam, tetapi juga memutuskan ilmu dari pondasinya dan
mengalihkannyadari tujuan yang yang hakiki. Justru konsep ilmu barat
menimbulkan lebih banyak masalah dan kekeliruan daripada melahirkan
harmonisan, kebaikan dan keadilan.
Menurut Prof. Dr.Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam and Secularism mengatakan:
" Ilmu yang sifatnya telah bermasalah, sebab ia telah kehilangan tujuan hakiki karena tidak dicerna dengan adil. Akibatnya ia membawa kekacauan dalam kehidupan manusia dan bukan keadilan dan kedamaian, ilmu yang nampaknya benar tetapi lebih produktif menjurus kearah kekeliruan dan skeptisme, ilmu yang buat pertama kali yang membawa kekacauan pada isi alam semesta: hewan, tumbuhan,dan logam”.
Pemahaman ilmu dan pandangan hidup barat ini menular kedalam negara-negara Islam melalui penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara barat sepeti Prancis, Inggris, Blanda dll. Sistem pendidikan yang mereka dirikan juga didukung oleh pandangan hidup barat yang mulai mempengaruhi pandangan mereka. Ini mengakibatkan kekeliruan dan manusia kehilangan adab.
Sebagian besar sarjana Muslim sependapat bahwa sumber kekalutan yang dihadapi oleh umat islam saat ini terletak pada sistem pendidikan Barat, karena disinilah ilmu disebarluaskan. Mereka semua yakin, penyelesaian kemelut ini terletak pada Islamisasi ilmu khususny ilmu kontemporer atau modern. Memandang hal ini beberapa sarjana Islam sperti S.H . Nasr, al Faruqi, C A. Qadir dan juga beberapa sarjana kristen sperti Maritain, telah mnganjurkan agar dihidupkan kembali sifat kesakralan Ilmu, yang tampaknya ilmu hanya dijadikan satu fatamorgana, Qadir berpendapat dalam bukunya yang berjudul Philosophy and Science in The Islamic World, mengatakan:
“ Kehilangan aspek kesakralan telah mngakibatkan pengasingan dan pemisahan dalam kehidupan manusia. manusia modern menderita pengasingan dan anomie. Terdapat ketidak seimbangan dan ketertiban. Jiwa manusia kini mngalami penyakit Schizophrenia kerohanian, yang tidak mempunyai jalan keluar kecuali dg kembali pada sumber Primodial dan menghidupkan kembali kesakralan ini.
Selanjutnya beliau menegaskan bahwa” hilangnya aspek kesakralan dari konsep ilmu barat inilah merupakan titik utama dalam teori ilmu Islam. Karena kontradiksi yang jelas antara konsep ilmu barat dan Islam inilah, ikhtiar terus diupayakan untuk mngatasi dan mncegah penyebarluasan ide sekulerisme dalam dunia Islam yang berkembang luas khususnya saat negara-negara Islam dijajah oleh bangsa-bangsa barat.
Menurut al-Attas, “ Ilmuhendaklah dipadukan dengan unsur-unsur dan konsep-konsep pokok Islam, setelah unsur-unsur dan konsep-konsep asing dikeluarkan dari setiap ratingnya. Proses inilah yang dimaksud dengan Islamisasi atau pengislaman”. Beliau juga mengemukakan bahwa Islamisasi Ilmu pengetahuan ialah” Penyelamatan Ilmu dari penafsiran berdasarkan ideologi sekuler dan dari makna dan ungkapan sekuler”. Maka pengislaman ilmu sangatlah penting bagi kelangsungan umat dan usaha kearahnya perlu dilipatgandakan.
Banyak cendekiawan Muslim yang prihatin terhadap masalah umat yang kecimpung dalam masalah maudhu Islamisasi ilmu pengetahuan yang mendapatkan momentum pada tahun 1980-an, hasil dari “kebangkitan Islam” sejagat pada penghujung tahun 1970-an dan persidangan pertama mengenai Pendidikan Islam diMakkah pada tahun 1977 yang dihadiri oleh sarjana-sarjana tersohor. Tidak ada isu yang paling menarik perhatian bagi mereka selain isu epistemologi, sosial dan politik ini.
Sekulerisme dan proses sekulerisme yang mempengaruhi dunia Islam, menyentak para sarjana Muslim dari ketidak pedulian dan mrangsang mereka bertindak. Pada awalnya pembahasan berbentuk penelitian analitis, dimana konsep-konsep yang terlibat seperti Islamisasi dan ilmu, didefinisikan dan dasar-dasar falsafahnya diuraikan. Pembahasan yang terjadi melebihi batas yang diperkirakan dan tidak lama lagi kemudian literatur mengenai topik ini yang meliputi sains sosial, kemanusian dan natural terhimpun cukup banyak.
sumber: https://www.facebook.com/#!/notes/fidel-asbi/islamisasi-dalam-menghadang-sekulerisme/225797497477259
Menurut Prof. Dr.Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam and Secularism mengatakan:
" Ilmu yang sifatnya telah bermasalah, sebab ia telah kehilangan tujuan hakiki karena tidak dicerna dengan adil. Akibatnya ia membawa kekacauan dalam kehidupan manusia dan bukan keadilan dan kedamaian, ilmu yang nampaknya benar tetapi lebih produktif menjurus kearah kekeliruan dan skeptisme, ilmu yang buat pertama kali yang membawa kekacauan pada isi alam semesta: hewan, tumbuhan,dan logam”.
Pemahaman ilmu dan pandangan hidup barat ini menular kedalam negara-negara Islam melalui penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara barat sepeti Prancis, Inggris, Blanda dll. Sistem pendidikan yang mereka dirikan juga didukung oleh pandangan hidup barat yang mulai mempengaruhi pandangan mereka. Ini mengakibatkan kekeliruan dan manusia kehilangan adab.
Sebagian besar sarjana Muslim sependapat bahwa sumber kekalutan yang dihadapi oleh umat islam saat ini terletak pada sistem pendidikan Barat, karena disinilah ilmu disebarluaskan. Mereka semua yakin, penyelesaian kemelut ini terletak pada Islamisasi ilmu khususny ilmu kontemporer atau modern. Memandang hal ini beberapa sarjana Islam sperti S.H . Nasr, al Faruqi, C A. Qadir dan juga beberapa sarjana kristen sperti Maritain, telah mnganjurkan agar dihidupkan kembali sifat kesakralan Ilmu, yang tampaknya ilmu hanya dijadikan satu fatamorgana, Qadir berpendapat dalam bukunya yang berjudul Philosophy and Science in The Islamic World, mengatakan:
“ Kehilangan aspek kesakralan telah mngakibatkan pengasingan dan pemisahan dalam kehidupan manusia. manusia modern menderita pengasingan dan anomie. Terdapat ketidak seimbangan dan ketertiban. Jiwa manusia kini mngalami penyakit Schizophrenia kerohanian, yang tidak mempunyai jalan keluar kecuali dg kembali pada sumber Primodial dan menghidupkan kembali kesakralan ini.
Selanjutnya beliau menegaskan bahwa” hilangnya aspek kesakralan dari konsep ilmu barat inilah merupakan titik utama dalam teori ilmu Islam. Karena kontradiksi yang jelas antara konsep ilmu barat dan Islam inilah, ikhtiar terus diupayakan untuk mngatasi dan mncegah penyebarluasan ide sekulerisme dalam dunia Islam yang berkembang luas khususnya saat negara-negara Islam dijajah oleh bangsa-bangsa barat.
Menurut al-Attas, “ Ilmuhendaklah dipadukan dengan unsur-unsur dan konsep-konsep pokok Islam, setelah unsur-unsur dan konsep-konsep asing dikeluarkan dari setiap ratingnya. Proses inilah yang dimaksud dengan Islamisasi atau pengislaman”. Beliau juga mengemukakan bahwa Islamisasi Ilmu pengetahuan ialah” Penyelamatan Ilmu dari penafsiran berdasarkan ideologi sekuler dan dari makna dan ungkapan sekuler”. Maka pengislaman ilmu sangatlah penting bagi kelangsungan umat dan usaha kearahnya perlu dilipatgandakan.
Banyak cendekiawan Muslim yang prihatin terhadap masalah umat yang kecimpung dalam masalah maudhu Islamisasi ilmu pengetahuan yang mendapatkan momentum pada tahun 1980-an, hasil dari “kebangkitan Islam” sejagat pada penghujung tahun 1970-an dan persidangan pertama mengenai Pendidikan Islam diMakkah pada tahun 1977 yang dihadiri oleh sarjana-sarjana tersohor. Tidak ada isu yang paling menarik perhatian bagi mereka selain isu epistemologi, sosial dan politik ini.
Sekulerisme dan proses sekulerisme yang mempengaruhi dunia Islam, menyentak para sarjana Muslim dari ketidak pedulian dan mrangsang mereka bertindak. Pada awalnya pembahasan berbentuk penelitian analitis, dimana konsep-konsep yang terlibat seperti Islamisasi dan ilmu, didefinisikan dan dasar-dasar falsafahnya diuraikan. Pembahasan yang terjadi melebihi batas yang diperkirakan dan tidak lama lagi kemudian literatur mengenai topik ini yang meliputi sains sosial, kemanusian dan natural terhimpun cukup banyak.
sumber: https://www.facebook.com/#!/notes/fidel-asbi/islamisasi-dalam-menghadang-sekulerisme/225797497477259