Minggu, 04 April 2010

Kesesatan Teori Evolusi

Selama berabad-abad masyarakat telah mengenal teori evolusi sebagai sebuah proses kebetulan yg menghadirkan berbagai makhluk ‘modern’ yg ada saat ini termasuk manusia sendiri. Siapapun yg berfikir tentang bagaimana makhluk hidup ada dibumi pasti akan berfikir tentang teori evolusi walau hanya sekilas .
Teori Evolusi telah mendapatkan tempatnya pada dunia sains sebagai sebuah teori yg menjawab persolan tentang terbentuknya makhluk hidup. Selama satu setengah abad (mungkin hingga sekarang) teori evolusi menerima dukungan luas dari masyarakat ilmiah. Ilmu biologi diterangkan dalam konsep-konsep Darwinis. Itulah penyebabnya mengapa teori evolusi ini dengan mudah dapat diterima masyarakat, karena mereka beranggapan teori ini sangat ilmiah. Dengan didukung oleh oleh temuan-temuan fosil purba, ilmu sains seolah menerangkan teori evolusi.



Namun temuan-temuan terakhir justru bertentangan dengan teori ini. Dan semakin terbukanya ilmu pengetahuan modern, semakin terbuka pula kesalahan-kesalahan dalam teori evolusi. Berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti paleontologi, biokimia, genetika populasi, anatomi perbandingan dan biofisika, menunjukkan bahwa proses alamiah dan kebetulan tidak bisa menjelaskan asal-usul kehidupan, sebagaimana yang diutarakan teori evolusi.
Orang pertama yang mempelajari masalah evolusi secara mendalam - sebuah gagasan yang berasal dari bangsa Yunani Kuno - adalah biologiwan Prancis, Jean Baptist Lamarck. Teori Lamarck, yang dikemukakan di awal abad ke-19, menyebutkan bahwa "makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang mereka peroleh selama hidup ke generasi berikutnya". Misalnya, dalam pandangan Lamarck, jerapah telah berevolusi dari binatang sejenis kijang yang memanjangkan leher terus-menerus saat berusaha mendapatkan makanan di dahan pohon yang lebih tinggi. Namun, kemunculan ilmu genetika telah menguburkan teori Lamarck sekali dan untuk selamanya.
Kita mengenal Charles Darwin sebagai pencetus teori ini. Darwin mendasarkan teorinya pada pengamatan yg dilakukannya diatas kapal H.M.S Beagle, yang berlayar pada akhir 1831 dalam perjalanan resmi lima tahun keliling dunia. Darwin sangat terpengaruh pada keberagaman jenis binatang, terutama burung. Ia melihat begitu banyak burung dengan bentuk paruh yg beragam. Perbedaan pada paruh burung-burung ini, menurut Darwin adalah sebagai hasil dari penyesuaian diri terhadap lingkungan mereka yang berbeda. Setelah pelayarannya, dia mengamati banyak hewan dan pengamatannya ini memberi andil dalam perumusan teorinya. Pada tahun 1859, Darwin mepublikasikan pandangannya dalam bukunya The Origin of Species (Asal mula Spesies). Dalam buku ini dia merumuskan bahwa semua spesies berasal dari satu jenis, berevolusi dari satu jenis ke jenis yang lain sejalan dengan waktu melalui perubahan-perubahan kecil.
Ketika Darwin mengemukakan teorinya, para ahli paleontologi adalah yang paling menentangnya. Mereka tau bahwa bentuk-bentuk peralihan yang menurut pandangan Darwin pernah ada, kenyataannya tidak pernah ditemukan. Darwin berharap permasalahan ini akan terjawab dengan penemuan-penemuan fosil baru. Akan tetapi, ilmu paleontologi malah semakin menggugurkan teori Darwin hari ke-hari.
Akibat keterbelakangan ilmu pengetahuan saat Darwin mengemukakan teorinya, dia tidak bisa menjelaskan mengapa kekebalan bakteri terhadap antibiotik tidak termasuk peristiwa evolusi. Apa yg terjadi pada struktur sel saat hewan berevolusi . dan tidak mungkin kebenaran teori ini jika Darwin melakukan pengamatan dengan sebuah mikroskop sederhana yg tidak dapat melihat struktur sel hewan. Berbagai penemuan fosil-fosil juga membuktikan ketidak-absahan teori ini.
Kita sebagai umat muslim seharusnya tau tanpa dibuktikan bahwa teori evolusi sangat tidak benar. Karena Allah swt. dalam Al-Quran menyebukan bahwa semua makhluk hidup tidak melalui proses evolusi, namun terjadi karena penciptaan oleh Yang Mahakuasa Allah swt.
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'aam, 6: 73)
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16: 40)
Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (QS. Al Mu'min, 40: 68)
Seperti kita ketahui, lebah mengumpulkan serbuk sari dan menghasilkan madu dengan cara mencampur serbuk sari dengan cairan dari tubuhnya. Untuk menyimpan madu dan membesarkan anak-anaknya, lebah membentuk sel-sel lilin heksagonal (segi enam) yang semuanya amatlah teratur, bersudut sama, dan secara umum sama sebangun. Lebah membangun sarang madu dengan sel-sel itu. Lebih jauh, lebah yang meninggalkan sarang mencari makan dan selalu kembali ke sana memiliki sistem khusus yang diciptakan Allah sehingga dapat menemukan jalan pulang.
Bagi seekor serangga, mengetahui besarnya sudut astakona, menemukan resep lilin dan merancang sistem yang diperlukan untuk menghasilkannya dalam tubuhnya, dan memasukkan keterangan itu ke dalam DNA-nya sendiri sehingga anggota sejenisnya di masa depan memiliki kemampuan yang sama, sudah pasti tidak mungkin.
Sudah sendirinya terbukti bahwa lebah telah diajarkan semua hal itu oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pengetahuan semacam itu telah diilhamkan dalam dirinya, sebagaimana diungkapkan dalam Al-Quran

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlan jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An Nahl, 16: 68-69).

Allah, Yang Maha Mengetahui, menjabarkan kepada lebah apa yang harus dikerjakannya, dan lebah bertindak dalam sepenuhnya penerangan ilham itu. Perilaku sadar sedemikian merupakan bukti nyata penciptaan.
Penelitian sifat-sifat serupa pada hewan mengungkapkan rancangan tanpa cacat dan kesadaran lebih tinggi yang melekat pada makhluk hidup. Hal-hal seperti itu menyempatkan orang sekali lagi mengerti kekuatan Allah yang tak tertandingi. Dia memiliki daya menciptakan makhluk apa pun yang Dia kehendaki dan dengan sifat-sifat apa pun yang Dia kehendaki, memiliki kekuatan tak berbatas, dan Penguasa segala sesuatu.
Akan tetapi, kaum evolusionis percaya bahwa sifat-sifat luar biasa makhluk hidup muncul tanpa disengaja. Menurut pernyataan tak masuk akal ini, lebah belajar menghitung sudut dan berhasil menularkan pengetahuannya kepada lebah lain secara tidak disengaja atau kebetulan. Ketidaksengajaan juga mendorong munculnya sistem tubuh yang menghasilkan lilin dan madu.
Sekadar renungan beberapa detik saja sudah cukup untuk melihat bahwa jalan cerita khayal seperti itu adalah jauh dari nalar dan ilmu pengetahuan. Allah menciptakan lebah dan memberinya kesadaran. Keajaiban penciptaan serupa itu menempatkan kaum evolusionis ke dalam sebuah kesulitan tanpa jalan keluar.

Subhanallah….