Rabu, 14 April 2010

Masalah Natal

Sejarah Natal 


Natal yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Christmas yang berarti Mass of Christ atau kelahiran Yesus sebenarnya adalah salah satu akidah/ajaran agama Kristen yang sesat. Karena ajaran ini sendiri tidak pernah diajarkan oleh Yesus. Ajaran yang masuk dan diselenggarakan oleh Gereja Kristen Katolik Roma pada abad keempat sampai sekarang adalah berasal dari kebudayaan Mesir kuno penyembah berhala. 






Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, untuk itu marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, yang berjudul "Christmas", anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut: 


"Christmas was not among the earliest festivals of Church … the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas." (Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.)
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul "Natal Day," Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa: 


"In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world." (Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.) 


Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut: 


"Christmas was not among the earliest festivals of the church… It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism."(Natal bukanlah upacara - upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala) 


Dan Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut: 


"Christmas…It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth…" (The "Communion," which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) "…A feast was established in memory of this event (Christ's birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ's birth existed." (Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut.." ("Perjamuan Suci" yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.) "…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari." Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus) 


Sekarang telah jelas bahwa perayaan Natal sejak kelahiran agama Kristen tidak pernah dirayakan sampai abad keempat. Tepatnya duaratus sampai tigaratus tahun. Namun baru pada abad keempat Gereja Katolik Roma menyelenggarakannya sebagai salah satu peribadatan mereka yang mengadopsi dari kebudayaan Mesir sebagai peringatan hari kelahiran. Baru sejak abad kelima Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.


Tentang Pohon Natal 


Sekarang dari manakah kita mendapatkan kebiasaan memasang pohon Natal itu? Di antara para penganut agama Pagan kuno, pohon itu disebut "Mistletoe" yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan. Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu merupakan awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati kematian "Matahari Tua" dan kelahiran "Matahari Baru" di musim panas.


Rangkaian bunga suci yang disebut "Holly Berries" juga dipersembahkan kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat dalam upayara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan kafir, sebagai tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati angkasa sebelah selatan. 


Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut: 


"The Holly, the Mistletoe, the Yule log …are relics of pre-Christian times." (Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule…yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen) 


Sedangkan buku Answer to Question yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa: 


"The use of Christmas wreath is believed by authorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same time as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era." (Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.) 


Adapun pendapat lain mengatakan bahwa: 


Mengenai asal usul pohon natal yang sebagai lambang pada setiap perayaan Natal, HW Armstong menjelaskan bahwa setelah Namrud mati, maka Seramis --ibu sekaligus istrinya—menyebarkan kepercayaan bahwa roh Namrud akan tetap hidup selamanya. 


Lalu dibuatlah perumpamaan pohon evergreen yang tumbuh dari sebatang kayu mati. Untuk memperingati kelahirannya yang jatuh pada tanggal 25 Desember, dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir dipohon tersebut dan meninggalkan bingkisan yang digantung diranting-ranting pohon itu.

Yesus Tidak Lahir Tanggal 25 Desember 


Sangat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut. 


"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud."  


Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.


Adam Clarke mengatakan: 


"It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about the Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain." (Adam Clarke Commentary, Vol.5, page 370, New York).
(Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke
padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama)."
 


Adam Clarke melanjutkan: 


"During the time they were out, the sepherds watch them night and day. As…the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometime in october), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these sepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that october had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact…See the quotation from the Talmudists in Lightfoot." (Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila…hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah…sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab "Ringan Kaki".  


Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini. 


Tidak ada data yang pasti mengenai kelahiran Yesus tepatnya. Bible sendiri dalam hal ini ada dua pendapat yang berbeda, yaitu:


1. Menurut Lukas 2:1-8 pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu sedang melaksanakan sensus penduduk.
2.  Menurut Matius 2:1,10,11 pada masa pemerintahan raja Herodus Agung.


Sampai abad ke IV Masehi, hari lahir Yesus masih diperingati pada tanggal 6 Januari, 28 Maret, 18 April, dan 29 Mei. Menurut riwayat lain juga dirayakan pada tanggal 28 April, 18 Mei dan 18 Oktober. Kaisar Constantine menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus atau Natal. Hal ini karena hari tersebut disesuaikan dengan hari kelahiran Dewa Matahari (Dies Natalis Solis Invicti) yang bernama Dewa Mithra. 


Pikirkanlah! Jika Tuhan ingin hari kelahiran Yesus dirayakan atau Tuhan meridhoi hari Natal, pasti Tuhan tak akan menyembunyikan tanggalnya seperti ini.